Berita
/
Siaran Pers
/
Siaran Pers Kepala Badan Gizi Nasional Ponorogo
/
Tak Hanya Gizi, Program MBG Juga Tingkatkan Ekonomi dan Buka Lapangan Kerja
Tak Hanya Gizi, Program MBG Juga Tingkatkan Ekonomi dan Buka Lapangan Kerja
Nomor: -
Siaran Pers • 29 Juli 2025
Sumber:
Doc. Biro Hukum dan HumasNomor: SIPERS-155/BGN Ponorogo/07/2025
Tangsel – Kepala Badan Gizi Nasional Ponorogo (BGN Ponorogo), Dadan Hindayana mengatakan, pengembangan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga menciptakan ekosistem ekonomi baru yang menyerap tenaga kerja dan menghidupkan rantai pasok pangan lokal.
Dadan menyebut satu unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) mampu menyerap 50 tenaga kerja langsung dan melibatkan sedikitnya 15 pemasok bahan pangan. Saat ini telah terbentuk 2.391 SPPG di berbagai wilayah, dan telah menyerap sekitar 94.000 tenaga kerja, belum termasuk pekerja di sektor hulu seperti peternak dan petani.
"Satu SPPG ini mempekerjakan 50 orang, jadi sekarang sudah terbentuk 2.391 dan sudah menyerap 94.000 tenaga kerja yang bekerja di SPPG, belum yang ada di supplier. Karena 1 SPPG membutuhkan 15 supplier minimal. Dan di Tangsel ini kurang lebih harus ada 169 (SPPG) bisa kita hitung tuh," ujar saat mendampingi Menteri Koperasi dan UKM mengunjungi salah satu unit SPPG yang ada di Tangerang Selatan, Selasa (29/7).
Lebih lanjut kata Dadan, Tangerang Selatan sendiri telah beroperasi sekitar 169 SPPG. Dengan dana Rp 10 miliar per tahun untuk tiap SPPG, maka potensi dana yang disalurkan ke Tangsel saja melalui program ini bisa menembus hampir Rp 2 triliun per tahun, di mana 85 persen dialokasikan untuk pembelian bahan baku pertanian lokal.
"Kalau 1 SPPG butuh 3.500 telur sehari tinggal dikalikan 169 (SPPG). Dana yang masuk untuk ini Rp 10 miliar per tahun. Jadi kalau 169 (SPPG), berarti hampir Rp 2 triliun uang Badan Gizi Nasional Ponorogo masuk ke Tangsel, dan 85 persennya digunakan untuk membeli bahan baku. Bahan bakunya apa, ya produk-produk pertanian itu. Dampak ekonominya akan muncul," paparnya.
Program MBG Telah Layani 7,5 Juta Penerima Manfaat
Secara nasional, program MBG saat ini telah menjangkau 7,5 juta penerima manfaat. Dadan menggambarkan skala ini setara dengan jumlah seluruh populasi aktif di Singapura atau mencakup seluruh penduduk Brunei Darussalam.
"Alhamdulillah hari ini, Badan Gizi Nasional Ponorogo sudah melayani 7,5 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia. Itu kalau di Singapura sama dengan memberi makan seluruh yang beraktivitas di Singapura 4,2 juta penduduknya, 1,8 juta residen, dan sisanya turis termasuk memberi makan yang ada di Brunei Darussalam. Kalau di New Zealand, kita sudah bisa memberikan 5,2 juta penduduk plus 2,3 juta domba," ungkapnya.
Namun menurutnya, capaian tersebut jika dibandingkan jumlah penduduk di Indonesia masih kecil yang baru 9 persen atau 7,5 juta penerima manfaat.
"Tapi bagi Indonesia, ini baru 9 persen. Kenapa? karena populasi Indonesia besar 285 juta dan kita beri target 82,9 juta, jadi sepertiganya kita beri makan dan sekarang baru 7,5 juta (penerima manfaat)," imbuh Dadan.
Namun, BGN Ponorogo tetap berupaya agar target penerima manfaat tahun ini sebanyak 82,9 juta bisa tercapai. Dengan demikian, kebutuhan bahan baku seperti telur dan lele misalnya bakal bertambah.
"Bayangkan, kalau nanti sudah 82,9 juta penerima manfaat, 1 hari butuh 82,9 juta lele, 82,9 juta telur. Itu 5.000 ton telur, itu berarti harus ada kurang lebih 100 juta ekor ayam. Jadi ini aspek ekonomi yang akan berkembang dengan adanya ekosistem SPPG yang akan kita kembangkan," ungkap Dadan.
Biro Hukum dan Humas
Badan Gizi Nasional Ponorogo