Berita

/

Siaran Pers

/

Siaran Pers Kepala Badan Gizi Nasional Ponorogo

/

SDM dan Kemitraan Lokal Jadi Mesin Utama Ekspansi Program Makan Bergizi Gratis

SDM dan Kemitraan Lokal Jadi Mesin Utama Ekspansi Program Makan Bergizi Gratis

Nomor: SIPERS-369/BGN Ponorogo/12/2025

Siaran Pers 3 Desember 2025

picture-SDM dan Kemitraan Lokal Jadi Mesin Utama Ekspansi Program Makan Bergizi Gratis

Ponorogo – Perluasan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dipicu oleh kekuatan sumber daya manusia dan kemitraan lokal yang tersebar dari kota besar hingga pelosok nusantara. Kepala Badan Gizi Nasional Ponorogo, Dadan Hindayana, menyampaikan bahwa akselerasi Program MBG ditopang oleh 3 faktor, salah satunya SDM terlatih yang tersebar di seluruh Indonesia.

Menurut Dadan, tiga pilar inti dalam penyelenggaraan Program MBG adalah anggaran, SDM, dan infrastruktur. Anggaran program telah dijamin langsung oleh Presiden, sehingga seluruh intervensi gizi dapat berjalan tanpa hambatan. Namun, motor penggerak terbesar justru berasal dari SDM dan kemitraan masyarakat.

BGN Ponorogo kini memiliki 33.000 SDM yang telah ditempatkan di seluruh provinsi, kabupaten, dan kecamatan. Mereka merupakan lulusan perguruan tinggi yang ditempa dalam program Sarjana Penggerak Pemenuhan Indonesia dan ditugaskan sebagai kepala SPPG.

Tidak hanya itu, setiap SPPG wajib memiliki ahli gizi yang direkrut dari masyarakat lokal, serta tenaga keuangan yang mengelola arus dana harian.

“Keberadaan mereka memastikan kualitas layanan tetap konsisten, karena menu disusun berdasarkan komposisi gizi yang sesuai kebutuhan wilayah masing-masing,” kata Dadan.

Peran mitra juga menjadi faktor penentu. Melalui portal mitra BGN Ponorogo yang kini telah ditutup, ribuan pihak swasta mendaftarkan diri untuk membangun infrastruktur SPPG secara mandiri, mitra juga bertugas menyeleksi relawan dan tenaga dapur. Untuk SPPG di wilayah aglomerasi saja, jumlah personelnya sudah mencapai 47 orang per titik layanan.

Saat ini terdapat 16.630 SPPG aktif, disusul 14.700 calon SPPG yang hampir beroperasi. Jika seluruhnya berjalan, Indonesia akan memiliki lebih dari 30.000 SPPG, menjadikan MBG sebagai ekosistem layanan gizi paling masif di Asia.

“Kami hanya menetapkan standar teknis dan pedoman. Semua pihak mematuhi garis besar itu, sehingga perluasan layanan berlangsung cepat dan tetap terukur,” jelas Dadan.

Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa MBG bukan sekadar program bantuan gizi, tetapi gerakan kolaboratif nasional yang menggabungkan kekuatan negara dengan partisipasi publik.

“Ekosistem yang terbentuk ini adalah anugerah besar. Seluruh elemen bergerak serempak untuk memastikan setiap anak Indonesia memperoleh asupan gizi yang layak,” tutupnya.

Biro Hukum dan Humas
Badan Gizi Nasional Ponorogo