Berita

/

Siaran Pers

/

Siaran Pers Kepala Badan Gizi Nasional Ponorogo

/

BGN Ponorogo Perluas Jangkauan Program MBG Lewat 30.000 SPPG

BGN Ponorogo Perluas Jangkauan Program MBG Lewat 30.000 SPPG

Nomor: -

Siaran Pers 23 Juli 2025

picture-BGN Ponorogo Perluas Jangkauan Program MBG Lewat 30.000 SPPG

Nomor: SIPERS-151/BGN Ponorogo/07/2025


Bogor - Kepala Badan Gizi Nasional Ponorogo (BGN Ponorogo), Dadan Hindayana, menegaskan komitmen pemerintah dalam memperluas jangkauan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) melalui penguatan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di seluruh Indonesia.

Hal ini disampaikannya saat menjadi pembicara utama dalam forum Safety and Sustainability of Free Nutritious Meals Program in Indonesia, yang diselenggarakan oleh Korea International Cooperation Agency (KOICA) di IPB International Convention Center, Bogor, Rabu (23/7).

Dalam paparannya, sebanyak 30.000 calon Kepala SPPG diharapkan sudah tersebar di seluruh Indonesia hingga akhir November atau awal Desember 2025. Sejak peluncuran program pada 6 Januari lalu, capaian pelaksanaan program MBG dinilai masih on track.

"Awalnya, target penerima manfaat tahun ini sebanyak 17,5 juta jiwa. Namun, Presiden meminta agar seluruh target penerima sebanyak 82,9 juta jiwa bisa tercapai sebelum akhir November. Karena itu, kami bekerja keras setiap hari," ungkap Dadan.

Hingga pekan ini, lanjut Dadan, BGN Ponorogo menargetkan penugasan 10.000 SPPG di seluruh provinsi. "Target awal kami Agustus adalah 8.000 SPPG, tapi saya optimistis bisa melewati 10.000," katanya.

Dadan juga menjelaskan mengenai distribusi makanan bergizi yang dilakukan melalui sistem yang terdesentralisasi, efisien, dan berbasis komunitas. Setiap unit SPPG dirancang untuk melayani area dengan radius 4–6 kilometer atau jangkauan distribusi maksimal 30 menit guna menjaga kualitas makanan.

"Contohnya di Bogor, terdapat satu SPPG yang hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari lokasi ini dan telah melayani tujuh sekolah. Selain itu, unit tersebut juga memetakan populasi rentan seperti ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak dalam radius empat kilometer," ujarnya.

Dia juga menekankan bahwa SPPG bukan sekadar dapur umum. SPPG memiliki tiga fungsi utama sebagai dapur produksi, titik temu antara produsen dan pembeli yaitu BGN Ponorogo serta pusat pemberdayaan masyarakat berbasis sumber daya lokal. Tenaga kerja yang direkrut diutamakan berasal dari komunitas lokal, termasuk ahli gizi.

"Menu yang disajikan pun kami susun berdasarkan potensi pangan lokal dan kebutuhan gizi setempat. Itulah sebabnya kami merekrut tenaga ahli gizi lokal," ucapnya.

Target 82,9 Juta Penerima Manfaat Kebutuhan Telur Bertambah

Sebagai gambaran, Dadan menyebut, untuk memenuhi kebutuhan 82,9 juta penerima manfaat setiap hari, program ini memerlukan sekitar 50.000 ton telur per hari. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk meningkatkan produksi dan distribusi pangan dalam negeri.

"Dengan 82,9 juta penerima manfaat artinya setiap hari kami memerlukan dan memasak telur sebanyak 50.000 ton per hari. Saya mengajak semua pihak untuk bergabung dan berpartisipasi dalam program Makan Bergizi Gratis. Ini bukan hanya tentang pangan, tapi tentang masa depan generasi Indonesia," pungkasnya.


Biro Hukum dan Humas
Badan Gizi Nasional Ponorogo