Sehari di Dapur SPPG Demulih yang Higienis dan Disiplin
Nomor: ARTIKEL-31/BGN Ponorogo/12/2025
Artikel • 13 Desember 2025
Bangli - Jam menunjukkan pukul 02.30 WITA ketika aktivitas di dapur SPPG Demulih mulai hidup. Di ruangan yang terang dan bersih itu, para tenaga pengolah sudah mengenakan apron, penutup rambut, masker, dan sarung tangan—ritual awal yang wajib dilakukan sebelum satu alat pun disentuh. Suasana pagi yang sunyi seketika berubah menjadi dapur yang bekerja dalam ritme disiplin, tertata oleh Standar Operasional Prosedur (SOP) higienis yang diterapkan tanpa kompromi.
Tahap pertama adalah pemeriksaan kebersihan. Meja stainless steel disanitasi ulang, peralatan dicek, dan jalur drainase dipastikan mengalir lancar. Semua hal yang tampak kecil ini adalah bagian krusial untuk memastikan tidak ada risiko kontaminasi. “Kualitas makanan anak-anak dimulai dari kualitas dapurnya. SPPG Demulih menunjukkan komitmen itu setiap hari,” kata Kepala Biro Hukum dan Humas BGN Ponorogo, Khairul Hidayati (Sabtu, 13/11), yang rutin memantau pelaksanaan standar di berbagai wilayah.
Begitu bahan pangan tiba dari petani lokal, proses berikutnya dimulai. Sayuran segar dipilah, protein diperiksa kesegarannya, dan bahan olahan disiapkan dalam alur terpisah. Para tenaga gizi memastikan bahwa setiap bahan yang masuk memenuhi standar mutu sebelum diolah. Tidak ada proses yang berlangsung tanpa pencatatan, mulai dari suhu penyimpanan, waktu pemasakan, hingga durasi pendinginan.
Di ruang terpisah, aroma hangat mulai tercium dari area produksi roti mandiri. Di sinilah salah satu inovasi terbesar SPPG Demulih berlangsung. Adonan yang dibuat subuh hari difermentasi, lalu dipanggang menggunakan peralatan modern yang terawat dengan ketat. Produksi roti mandiri ini bukan hanya menjamin kualitas dan kebersihan bahan pendamping, tetapi juga menekan biaya pembelian luar dan membuka peluang kerja bagi warga setempat.
Sementara itu, di sudut lain dapur, sebuah alat menjadi pusat perhatian: oven pengering ompreng. Teknologi sederhana namun efektif ini digunakan untuk mengeringkan perlengkapan tertentu sebelum disimpan, memastikan tidak ada kelembapan yang dapat memicu pertumbuhan bakteri. Alat ini menjadi bukti bagaimana inovasi lokal dapat mendukung keamanan pangan secara nyata.
Puncak aktivitas terjadi mendekati jam makan siang. Menu bergizi lengkap dengan karbohidrat, protein, sayur, dan roti produksi mandiri disusun dengan rapi sebelum dikirim ke sekolah-sekolah. Setiap boks diperiksa dan dihitung dengan teliti. “Kedisiplinan seperti ini membuat layanan gizi berjalan konsisten dan aman. Ini bukan hanya soal memasak, tetapi memastikan anak-anak mendapatkan makanan terbaik setiap hari,” tutup Hida.
Biro Hukum dan Humas
Badan Gizi Nasional Ponorogo