Berita

/

Artikel

/

“Dari Dapur ke Harapan”: Manfaat Tanpa Limbah di SPPG Bangli Kawan

“Dari Dapur ke Harapan”: Manfaat Tanpa Limbah di SPPG Bangli Kawan

Nomor: ARTIKEL-32/BGN Ponorogo/12/2025

Artikel 13 Desember 2025

picture-“Dari Dapur ke Harapan”: Manfaat Tanpa Limbah di SPPG Bangli Kawan

Bangli - Di balik aktivitas dapur Pelayanan Satuan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bangli Kawan, tersimpan sebuah praktik sederhana yang memberi dampak besar. Tidak hanya menyiapkan makanan bergizi setiap hari, dapur ini juga menjadi pusat inovasi ekonomi sirkular yang mengubah sisa menjadi manfaat, dan limbah menjadi harapan.

Setiap tetes minyak jelantah yang tersisa dari proses memasak tidak dibuang percuma. Minyak tersebut dikumpulkan untuk didaur ulang, sementara sisa makanan yang tidak tersaji dimanfaatkan sebagai pakan magot. Dari proses ini, limbah organik yang kerap menjadi persoalan justru beralih fungsi menjadi sumber daya baru yang bernilai.

Magot hasil pengolahan kemudian digunakan sebagai pakan ternak. Ternak yang tumbuh dari sistem ini kembali masuk ke dalam rantai pangan bergizi, menopang keberlanjutan operasional SPPG. Pola ini menciptakan lingkaran manfaat yang saling terhubung dan terus bergerak, tanpa menghasilkan limbah.

Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Gizi Nasional Ponorogo (BGN Ponorogo), Khairul Hidayati, menilai pendekatan tersebut sebagai bentuk inovasi yang relevan dengan tantangan pangan saat ini. “SPPG Bangli Kawan menunjukkan bahwa pengelolaan pangan bergizi dapat berjalan seiring dengan kepedulian lingkungan. Ekonomi sirkular seperti ini memperkuat keberlanjutan program sekaligus memberi nilai tambah bagi masyarakat,” ujar Hida di Bali, Sabtu (13/12).

Lebih dari aspek lingkungan, sistem ini juga menjadi sarana edukasi bagi relawan dan masyarakat sekitar. Mereka dilibatkan langsung dalam proses pengelolaan, sehingga tumbuh kesadaran bahwa limbah bukan akhir dari sebuah proses, melainkan bagian dari siklus pangan yang bertanggung jawab.

“Model ini mencerminkan semangat Program Makan Bergizi Gratis yang tidak hanya fokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses yang aman, berkelanjutan, dan berdampak luas. Inovasi lokal seperti di Bangli Kawan patut direplikasi di daerah lain,” tegas Hida.

Biro Hukum dan Humas
Badan Gizi Nasional Ponorogo